Mempelajari numismatik Yunani seolah kita mempelajari sejarah dunia masa lalu dan bagi seseorang yang ingin terjun serta berpetualang menjadi kolektornya, haruslah memiliki kesabaran yang tinggi dan ketekunan yang mendalam. Bisa dipastikan hasilnya tidak akan sia-sia, yakni suatu koleksi yang indah tiada tara dan sulit ada bandingannya. Bayangkan saja tidak kurang dari 600 kaisar, raja atau penguasa lainnya dari sekitar 1.500 kota menjadi objek persaingan para juru ukir masa itu untuk dilukiskan di kepingan uang logam, untuk lebih menarik dan lebih indah antara satu dengan lainnya.
Bermula Kresus, raja Lydia di Asia Kecil dari tahun 560 hingga 546 SM memerintahkan pembuatan uang logam dengan menggunakan bahan electrum (campuran alamiah emas dengan perak) dan emas dari sungai Laktol untuk mencetak lambang seperti banteng dan singa di atas kepingan-kepingan logam yang ditimbang sangat teliti, sehingga terciptalah uang logam baru.
Untuk memudahkan perdagangan, uang-uang logam tersebut dikeluarkan di kota Athena, Egine, Korinthus, Syrakus, dan Metaponte. Uang-uang tersebut umumnya dibuat dari bahan perak dan tak lama kemudian diikuti oleh bangsa-bangsa lain masa itu. Numismatik Yunani bisa dibagi dalam enam zaman:
- Zaman Arkais (550 – 480 SM): Selama masa tersebut ukiran masih cukup kasar. Kebanyakan uang logam dicetak di atas satu muka atau kadang-kadang memiliki persegi empat yang kosong di atas muka yang lain. Sebagai contoh dapat disebutkan uang logam sikle dari raja Darius I. Sedangkan kota Metaponte mencetak lambang bulir gandum yang memiliki kekhasan, yaitu di satu muka bulirnya bulat cembung dan di muka yang lain bulirnya bulat cekung.
- Zaman Peralihan (480 – 415 SM): Zaman ini mencakup perang Persia (disebut juga perang marathon) dan kepungan kota Syrakus oleh prajurit Athena merupakan zaman peralihan antara seni yang masih cukup kasar dengan seni ukir yang belum ada bandingannya di dunia numismatik. Muncullah di atas kedua muka kepingan corak uang logam yang bertemakan binatang, dewa-dewa, bunga, dan kadangkala tercantum juga nama kota pencetak.
- Zaman Kematangan (415 – 336 SM): Selama zaman tersebut, para ahli ukir menunjukkan kebolehan mereka dan setiap kepingan uang logam merupakan suatu karya seni yang amat berbobot, diedarkan beribu-ribu jenis uang logam dari dasadrachma dalam perak dari Syrakus, ciptaan juru ukir Kymon dan Evainet hingga uang stater dari Korinthus yang amat indah itu. Di atas kepingan tertentu tercantum tanda tangan pengukirnya.
- Zaman Hellenistik (336 – 196 SM): Pada 336 SM naik tahta Iskandar III yang Agung (Alexander the Great), raja Macedonia salah seorang raja pejuang yang terbesar dalam sejarah umat manusia. Dalam kurun waktu hanya beberapa tahun dia berhasil meluaskan kerajaannya ke seluruh penjuru dan terutama ke arah Timur sampai mencapai sungai Indus. Sistem keuangan Yunani diberlakukan di seluruh tanah kekuasaannya, sehingga memudahkan arus perdagangan antara daerah-daerah kerajaan yang baru. Baru 13 tahun dia memerintah dengan mutlak, Iskandar Agung meninggal dunia (323 SM), para jenderalnya membagi-bagikan daerah kerajaannya. Ptolomeus mendapat Mesir, Seleukus mendapat Syria, dll. Setiap penguasa mempertahankan uangnya sendiri-sendiri. Mula-mula salah satu muka uangnya bergambar Iskandar Agung yang didewakan, namun selanjutnya setiap raja menyuruh agar mengukirkan wajah/kepalanya sendiri. Zaman ini menyajikan pula kebhinekaan besar akan sistem keuangan dan dicetak caturdrachma dalam perak yang sungguh elok.
- Zaman Penguasaan Romawi (196 – 27 SM): Tentara Roma mengepung kota Athena dengan sukses pada 196 SM. Kota-kota yang takluk memperoleh izin dari penguasa Roma untuk meneruskan pencetakan uang logam. Namun pada umumnya pada masa ini kepingan-kepeingan uang logam kurang bagus dibandingkan dengan kepingan logam yang diukir pada masa dua abad sebelumnya.
- Zaman Imperium Romanum (27 SM – 268 M): Ketika Oktavianus merebut tahta kekuasaan pada 31 SM dan mendirikan Imperium Romanum pada 27 SM, dia memutuskan bahwa mulai saat itu hanya kaisar sendirilah, yaitu dirinya sendiri, yang boleh mencetak mata uang. Maka lenyaplah sama sekali uang Yunani, kecuali emisi yang diizinkan kaisar Oktavianus-Agustus dan para penggantinya. Namun uangnya dicetak dari bahan perunggu dan agak kasar. Mata uang ini disebut kolonial Romawi.
(Sumber: Iwan DF, Berita PPKMU, Agustus 1990)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar