Pada lazimnya mengumpulkan benda-benda numismatik dalam kondisi yang paling bagus (prima) bagi sebuah koleksi merupakan hal yang diharapkan. Gejala “grading maniac” (kegilaan akan kondisi terbagus) melanda semua kalangan kolektor. Namun hal tersebut tidaklah mutlak mengingat setiap orang akan mempunyai alasan yang berbeda terhadap objek perhatiannya. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan mengumpulkan bisa merupakan kolektor murni, semu, atau di antaranya.
Kondisi sosio-ekonomi dan lain-lain akan menentukan usaha seorang kolektor untuk mengumpulkan yang terbaik. Bagi seorang kolektor murni yang bermotif dasar mengumpulkan benda-benda numismatik dengan kondisi seadanya, akan merupakan pemenuhan kepuasan yang memadai, terkecuali mereka yang mampu dalam hal segi sosio-ekonomi.
Mendapatkan benda-benda numismatik tanpa terlalu mementingkan kondisi fisiknya, merupakan suatu kegembiraan tersendiri. Namun biasanya mereka akan berusaha lebih jauh. Haruslah diperhatikan apakah kemampuannya memungkinkan, dengan kata lain apakah mereka bisa mendapatkan dengan cara semaksimal kondisi ekonomi dan kondisi sosial. Kolektor semu akan sangat selektif dalam segala hal, mengingat nilai tambah (keuntungan berlipat) yang diharapkan di kemudian hari. Kolektor tipe ini yang berlatar belakang ekonomi kuat akan selalu menomorsatukan kelangkaan dan kondisi terbaik.
Meskipun aksioma mengumpulkan uang-uang lama sebagai hobi para raja/bangsawan, pandangan ini lambat laun berubah pada abad XX. Yang terpenting apakah usaha ini dapat memberikan kepuasan atau kegembiraan tanpa banyak pengorbanan atau dapat memberikan keuntungan.
Objek numismatik Indonesia
Perkembangan tingkat peradaban manusia sangat pesat pada masa kini, sehingga dinamika numismatik pun mengikuti lajunya perkembangan tersebut. Ruang lingkupnya menjadi luas dengan sendirinya. Objek-objek numismatik Indonesia pun menjadi bertambah sehingga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Uang logam regular dari masa kerajaan Sriwijaya dan Mataram abad VII sampai sekarang.
- Exonumia (uang tidak resmi) termasuk token dan medali.
- Heraldik (tanda-tanda pangkat/kebesaran) berupa lencana (badge) dan lambang, terutama dari abad XVII sampai sekarang.
- Sigilografi, cap-cap/meterai dari masa kerajaan-kerajaan Nusantara abad VII sampai sekarang.
- Uang primitif (alat tukar) dari masa awal Masehi sampai sekarang, di antaranya lokan, moko/genderang logam, cincin, tulang, biji-bijian, dsb.
- Notafili (uang kertas dengan berbagai istilah: surat hutang, surat kredit, tanda penerimaan, bon, kupon, dll) dari 1652 sampai sekarang.
- Skripofili, berbagai jenis alat pembayaran tidak resmi yang berkaitan dengan fungsi dan fisik prototipe uang kertas, termasuk kupon, kartu kredit, saham, obligasi, lotere, dll dari abad XVIII sampai sekarang.
- Checkophile, cek, surat akseptasi dan sejenisnya dari abad XIX sampai sekarang.
Umumnya objek-objek numismatik tersebut merupakan objek-objek dari disiplin sejarah, arkeologi, dan etnografi.
(Sumber: Alim A. Sumana, Berita PPKMU, No. 2 Juni 1991 dan No. 4 Oktober 1991)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar